Program Studi Teknologi Rekayasa Pangan UNPAR Siap Menjawab Permasalahan Ketahanan Pangan Nasional

Ketahanan pangan suatu negara menunjukkan kemampuan negara tersebut untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya secara berkelanjutan. Di Indonesia, masalah ketahanan pangan menjadi semakin penting, antara lain karena populasi yang terus bertambah dan urbanisasi yang cepat. Populasi Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya memberikan tekanan yang lebih besar pada kebutuhan pangan masyarakat. Urbanisasi yang cepat menyebabkan pergeseran pola konsumsi Masyarakat dan meningkatkan permintaan akan makanan olahan dan siap saji. Hal ini menuntut kreativitas dan inovasi dalam teknologi rekayasa pangan untuk memproses, mengemas, dan mendistribusikan produk makanan secara cepat, efektif, dan efisien.

Pemenuhan akan kebutuhan pangan merupakan keniscayaan dan menjadi sesuatu yang sangat krusial dalam kehidupan manusia, sehingga perlu mendapatkan perhatian bersama. Salah satu usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia adalah menetapkan ketahanan pangan sebagai prioritas nasional dalam berbagai kebijakan pembangunan, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Namun demikian, ketahanan pangan bukanlah tugas pemerintah semata. Seluruh lapisan masyarakat dituntut untuk berkontribusi terhadap ketahanan pangan tersebut, yang pada akhirnya akan mendukung keberlanjutan manusia dan lingkungan.

Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) Bandung, sebagai suatu lembaga pendidikan turut berperan dalam upaya-upaya tersebut. Pembukaan Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa Pangan (TRP), yang akan mulai beroperasi di tahun akademik 2024/2025, sejalan dengan upaya Pemerintah untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang pangan. Melalui pembukaan Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa Pangan ini, UNPAR berkomitmen untuk menghasilkan lulusan yang mampu mengembangkan solusi inovatif untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan di Indonesia.

Dengan proporsi pembelajaran 30 persen teori dan 70 persen praktik, tim pengajar dengan kombinasi dosen akademisi dan praktisi, serta kesempatan untuk magang industri, diharapkan mahasiswa saat terjun di masyarakat lebih siap berkarya nyata. Tak hanya itu, mahasiswa juga dipersiapkan dengan model pembelajaran yang menekankan pada keterampilan praktis (learning how to learn) dan aplikatif, dengan memberi ruang untuk berinteraksi dan merefleksikan pengalaman belajar. Dengan demikian mahasiswa diharapkan memiliki growth mindset dengan semangat lifelong learning, yang didukung oleh kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi tantangan dan memecahkan masalah.

Rancangan kurikulum yang berfokus pada penguasaan bidang keahlian pada aspek teknologi pengembangan proses dan produk pangan, didesain sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), suatu organisasi profesi yang anggotanya merupakan akademisi dan praktisi yang bergerak dalam bidang teknologi pangan. Rancangan kurikulum ini menjadi framework utama dalam proses pembelajaran di TRP UNPAR. Dengan demikian, diharapkan program TRP UNPAR dapat menghasilkan profil lulusan sebagai:

  1. penyelia di industri pangan,
  2. pelaksana Research and Development (R&D) dalam industi pengolahan pangan,
  3. pengendali mutu (Quality Control) dalam industi pengolahan pangan dan hasil pertanian,
  4. wirausaha di industri pangan,
  5. penyuluh bidang pangan, dan
  6. Pendamping teknis terkait dengan teknologi rekayasa pangan.

Untuk itu, kami mengajak Anda semua yang tertarik dengan bidang teknologi rekayasa pangan untuk bergabung bersama Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa Pangan UNPAR (TRP UNPAR), untuk menjadi jawaban ketahanan pangan bangsa Indonesia di masa depan. U ntuk mendapatkan informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi dan mengunjungi laman kami di pmb.unpar.ac.id. (Nina Septina – tim pembukaan TRP UNPAR).

X